Sabtu, 09 Januari 2016

Fix Me

"APA? KENAPA BEGITU?" tanya ku. Tapi dia tak menjawab.

DANOLA! Tega sekali kau pada ku? Tega sekali kau meninggalkan ku disaat aku masih sangat mencintai mu. Kepada siapa kah kini hati mu berlabuh? Atau jangan-jangan, kau sudah tak punya hati?!

Aku menangis. Ya tentu, gadis mana yang tak terluka ketika kekasihnya pergi meninggalkannya dan menyudahi hubungan yang sebenarnya masih baik-baik saja?

"Aku muak pada mu! Aku muak Danola! Aku membenci mu!" dengan air mata yang bercucuran aku berlari meninggalkan Danola, kekasih ku yang kini hanya menjadi kenangan. Aku berlari begitu kencang melawan hujan. Air mata ini , tak dapat ku hentikan. Sungguh aku terluka!

Semakin lama, langkah ku semakin terasa begitu berat. Seolah tas ku berisi tumpukan penyesalan. 'Luna, kenapa kau begitu bodoh? Kenapa kau masih menyimpan rasa pada orang yang sudah sama sekali tak ada rasa pada mu?' begitulah yang hati ku katakan. Ya, aku bodoh! Aku memang bodoh!

Kaki ku benar-benar terasa kaku. Tubuh ku sudah menggigil kedinginan karna air hujan sudah membalut seluruh tubuh ku. Aku memutuskan untuk menaiki taxi. supir taxi terlihat begitu bingung pada ku. Dia mencoba bertanya keadaan ku, tapi aku tak menjawab. Aku sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat.

Danau. Saat ini aku sudah berdiri dipinggir danau tua ini. Tak ada seorang pun di sini. Hati ku berteriak. Meratap dan hanya bisa menangis. Hati ku rapuh, seolah tak ada lagi harapan untuk ku hidup. Lebih baik aku mati saat ini dari pada harus melihat Danola berkencan dengan gadis lain.

"Danola, aku mencintai mu. Tapi kenapa kau memutuskan untuk meninggalkan ku? Tega sekali diri mu membiarkan ku basah kuyup seperti ini. Sampai jumpa Danola! Sampai jumpa." teriak ku.

Mungkin saat ini, aku terlihat begitu bodoh. Tapi, aku rela mati. Percuma juga aku hidup. Danola sudah mengambil hati ku namun sekarang mencampakan ku. Untuk apa lagi aku hidup?

Aku melepas flatshoes ku, dan dengan penuh kesedihan, aku melangkahkan kaki jenjang ku mendekat ke danau. Mendekat, semakin mendekat. Dalam semakin dalam.

"Berhenti!" Teriak seorang pria dan menarikku kembali ke tanah. Kami terjatuh ke tanah yang basah ini.

Aku terlalu lemah saat ini, aku begitu tak berdaya, sehingga tubuh ku jatuh dalam dekapan pria ini. Pria asing. Siapa? Aku tak mengenalnya.

"Apa yang kau pikir kan?" kata pria itu dengan tetap memelukku erat.

"Lepas kan aku. Biarkan aku mati tuan. Kekasih ku sudah meninggalkan ku untuk apa lagi aku hidup?" rengekku sambil memukuli bahu nya.

Pria itu melepaskan pelukkannya, menegakkan kepala ku dan menyuruh ku menatap wajah nya. Betapa terkejutnya diriku! Matanya begitu indah, memancarkan kasih yang tulus dari hatinya. Mata nya seolah berkata 'bangkitlah aku mencintai mu'. Derasnya air hujan mengalir membasahi wajahnya, melewati hidungnya yang sedikit Asimetris. Tubuh ku terpaku dibuatnya. Aku tak mengenal pria di depan ku, tapi dia mampu menyihirku dan membuat semangat hidup ku ada lagi.

"Jangan bodoh nona. Dia bukanlah satu-satu nya pria di dunia ini. Mungkin memang dia tidak untuk mu. Tersenyumlah."

"Siapakah kau ini tuan?"

"Aku Delvin. Aku sudah memperhatikan mu sejak kau turun dari taxi. Tatapan mu kosong, aku memutuskan untuk mengikuti mu karna kurasa kau akan membutuhkan bantuan ku." Ucapnya dengan senyuman yang begitu lebar, matanya menyipit, dia mampu membuat 'hati' ku kembali.

"Terimakasih Delvin. You really know how to start fixing a broken heart. Senyummu, bisa memperbaiki hati ku. Kau sungguh pria yang baik."

Dengan senyuman tulus ku, aku memberi pelukan padanya. Dia juga tersenyum padaku. Biarlah hujan dan danau ini yang menjadi saksi bisu adanya pria yang mampu memperbaiki hati ku yang hancur karena Danola. Ya, pria itu adalah Delvin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar