Sabtu, 09 Januari 2016

Di Bawah Langit

"Apa sih bagusnya bintang?" tanya Juna, lelaki dengan suara serak dan lembut itu. Ia membaringkan tubuhnya disamping seorang gadis. Mereka berbaring di rumput hijau sambil menikmati malam yang penuh bintang.
"Kau sudah menanyakan hal itu berkali-kali, Jun." jawab Biru, gadis pecinta bintang.
Anehnya, walaupun Juna menanyakan hal itu berkali-kali, Biru tak pernah kesal menjawabnya.
"Sebenarnya sih aku tau alasanmu." Juna melirik Biru sekilas.
"Aku sengaja bertanya, karna aku suka mendengar suaramu." lanjut Juna, ia terkekeh dengan ucapannya sendiri. Biru memukul lengan Juna pelan.
"Aw sakit, nona." Juna tertawa ringan, begitu lepas.
Ia senang menggoda Biru untuk melihatnya tertawa atau hanya sekedar membuat senyum manis itu tersungging di bibirnya.
"Itu menggelikan Jun." Biru terkekeh, namun menyimpan raut bahagia di dalamnya.
"Jun, coba lihat. Itu.." ucap Biru penuh semangat.
Tangannya menunjuk ke arah satu titik yang bersinar terang. kedua manik hazel milik Juna menangkap ribuan bintang yang bersinar redup maupun terang disana.
"Itu planet Venus. Di atas Venus ada bintang yang ukurannya lebih kecil tapi terang, nah itu bintang Spice. Salah satu bintang yang membentuk rasi zodiak virgo." jelas Juna, memotong ucapan Biru. Ia hafal betul semua yang dikatakan Biru setiap mereka berbaring menyaksikan ribuan benda langit gemerlap itu.
"Jun..." sorot mata Biru memandang kagum pada Juna. Ia tak menyangka, Juna memperhatikan ucapannya selama ini. Bahkan Juna mengingatnya.
"Kau tau, aku juga suka saat kau memandangku kagum begitu." ujar Juna percaya diri. Biru terkekeh pelan.
"Dasar kau ini!" ia memukul lengan Juna lagi. Lalu ia tertawa, sedang Juna hanya bisa mengaduh.
"Sepertinya aku memang harus menghafalkan nama dan letak bintang-bintang itu di tata surya." Juna meletakkan sebelah tangannya di belakang kepala. Lalu senyum simpul merekah begitu indah di bibir merahnya.
"Kau tak perlu melakukannya untuk membuatku kagum padamu tuan sok tau." Biru tertawa, ada ejekan didalamnya.
"Yap. Kau benar. Karna aku memang sudah terlahir mengagumkan bukan?" kilah Juna sembari menatap Biru dan tertawa menggoda. Manik hazel itu hampir tenggelam. Biru tak menghiraukan apa yang Juna katakan. matanya kembali fokus melihat ke arah langit.
"Apa kau masih ingat Jun, dimana letak salah satu bintang paling terang yang sering kutunjukkan padamu dulu?" tanya Biru tanpa menoleh pada Juna. Juna bergeming. memperhatikan Biru yang bersemangat seperti biasa.
Mata Biru berbinar polos. Cahaya temaram bintang-bintang memantul di dalamnya. Untuk sesaat Juna seperti kembali menginginkan hal yang tak seharusnya ia inginkan.
"Jun... kau dengar aku? Hei! mengapa menatapku begitu? Jun!" Biru melambai-lambaikan tangannya pada wajah Juna. dan tak lama ia tersadar.
"Di sebelah kanan rasi zodiak virgo, ada bintang yang kau maksud sayang. bintang Arcturus." jawab Juna pasti. Tanpa perlu menunjuk ke arah bintang yang ia maksud. cukup dengan melihat Biru, Juna dapat dengan mudah menemukan jawabannya.
"Pintar. Aku sayang padamu Jun." ucap Biru, tangannya mengacak rambut Juna gemas.
"Bukan karna bintang-bintang itu kan?" Juna menaikkan sebelah alisnya.
"Kau lebih dari itu Juna." Biru menjawab dengan senyuman tulus. Juna bergeming memandang gadis dihadapannya ini. Gadis ini benar-benar bisa menghipnotis Juna.
"Sudah, jangan memandangiku begitu." ucap Biru, tiba-tiba ia memalingkan wajahnya karna gugup.
"Aku lebih suka memandangimu daripada bintang-bintang itu." ucap Juna dengan senyuman manis yang mengembang. Biru menahan senyum. Pipinya bersemu merah tiba-tiba.
"OH! Lihat, pipimu bersemu merah. Aw manis sekali gadisku ini. Rasanya ingin ku cium saja." Juna bersorak senang. seperti anak kecil yang baru saja melihat bintang jatuh. atau bahkan meteor.
"Jun, berhenti lah memandangiku." Biru berusaha menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. tapi tetap saja, hal itu tak berpengaruh banyak. Biru semakin terlihat manis dan menggemaskan bagi Juna. Sampai Juna tak dapat mengendalikan tawanya. Juna berdeham berkali-kali, berusaha menghentikan tawanya itu.
"Menurutku kita seperti Sirius dan Orion." ucap Juna ketika ia berhasil menghentikan tawanya.
"Mengapa?" tanya Biru penasaran. ia menatap Juna, mencari jawaban di sana.
"Karena Sirius bintang yang paling terang. Menurutku kau seperti itu. Dan ada rasi bintang Orion di sampingnya. Itu aku. bukankah kita begitu dekat." Juna tersenyum sendu. Matanya tak lepas dari Biru.
"Hm, aku jadi ingin melihatnya." lanjutnya lagi. Ia berdecak pelan.
"Jun, Sirius dan Orion tidak bisa di lihat saat malam."
"Ya, tepat. Kau cerdas sayang. begitulah aku. berusaha menggapai seseorang yang sebenarnya tak dapat ku lihat lagi. kau Siriusku, Biru." Juna tersenyum sendu.
Manik hazel itu memberikan pengakuan pahit. Ada kilatan kesedihan di sana. kemudian Juna tertawa. ia memaksakan tawanya. Suara merdu itu terdengar menyedihkan sekarang. Biru merasakan sesak menyeruak di dadanya.
"Maafkan aku Juna." Biru tak dapat menahan diri untuk tidak menangis.
Hatinya perih, melihat Juna menatapnya nanar. Senyuman sendu. dan tawa yang menyedihkan.
"Sshh. Kau tak salah. Akulah yang datang terlambat." Juna mendekatkan dirinya pada Biru. mendekap gadis yang ia cintai. Biru kini terisak dengan suara yang tertahan. Juna mengusap punggung Biru, berusaha menenangkan. bahunya masih terus bergetar.
"Tapi, kau be-nar Juna. kita seperti bintang yang hi-lang, yang berusaha menerangi gelap malam." Biru mengatur nafasnya perlahan. Juna tak henti memeluk gadis itu. memeluknya erat. seakan pelukan itu yang terakhir.
"Jangan tinggalkan aku Jun, kumohon." pinta nya lirih.
Juna tersenyum seadanya. lalu berkata dengan sekuat hatinya.
"Aku yakin Devlin bisa menjagamu. dia kakakku. Juga kekasih yang baik untukmu bukan? Walaupun bukan aku yang menjadi kekasihmu.."
"Kumohon hentikan." Biru menggelengkan kepalanya.
Ia tak bisa menerima Juna yang berkata begitu menyedihkan. Ia tak bisa membiarkan Juna berkata seolah malam penuh bintang ini malam terakhir mereka bersama, menyaksikan ribuan gemerlap cahaya tata surya itu.
"Aku akan tetap menjadi Orion untuk Sirius. Aku mencintaimu, Biru."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar